#wakaf Al Azhar rupanya mendapat tempat dihati masyarakat baik non Muslim maupun Muslim. Hal ini terlihat di acara Silaturrahim Sahabat #wakaf Al Azhar yang berlangsung di Aula YPI Al Azhar Lt.2, Selasa (31/5).
Ubina (55) bersama rekan-rekan dari Asuransi Prudential, Jakarta yang juga merupakan warga keturunan non Muslim mengaku baru tahun ini mengetahui tentang program #wakaf Al Azhar. Sebuah program yang bisa dilaksanakan dari latar belakang agama mana pun, tanpa ada perbedaan. Hanya saja ada pemisahan antara #wakaf Al Azhar dan Dana Abadi.
"Jika Muslim tentu akan ber#wakaf, yaitu #wakaf polis Asuransi Syariah, sedangkan bagi kalangan Non Muslim yaitu Dana Abadi, "kata Ubina.
Dana Abadi berupa, pembangunan sarana dan prasaran, misalnya, pembangunan jembatan, jalan, pendidikan dan lain-lain yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
Sebenarnya, bangsa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun potensi itu belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga belum membawa perubahan secara signifikan di republik ini.
Maka dari itu, kehadiran #wakaf Al Azhar lewat Polis Asuransi Syariah, perkebunan Sawit dan lain-lain, nantinya akan membawa perubahan untuk bangsa ini, sesuai apa yang dicita-citakan oleh #wakaf Al Azhar yang mengadopsi Al Azhar Mesir, Kairo.
Ubina berharap, #wakaf Al Azhar bisa mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat lebih terbuka untuk ber#wakaf, dengan uang berapa pun bisa untuk ber#wakaf polis asuransi syariah
Ubina sempat menyinggung, bahwa orang Indonesia jenius –jenius. Ini dibuktikan dengan prestasi anak Indonesia di tingkat internasional. Sayangnya, mereka tidak kembali ke tanah air, karena merasa tidak mendapat perhatian dari pemerintah.
Hal itu mendorong generasi anak bangsa lebih banyak berkarya diluar negeri sesuai permintaan dari negara tersebut dengan memanfaatkan kejeniusan mereka yakni kejeniusan dalam bidang teknologi informasi dan lain-lain.
Lalu bagaimana mereka bisa berkarya di dalam negeri? Seperti yang disampaikan pembicara, tentu saja dengan jalan bahwa rakyat Indonesia bersatu untuk ber#wakaf.
Terkait dengan program #wakaf Al Azhar, sebenarnya baru tahun ini Ubina mengetahui dan kemudian pengetahuan itu ia diskusikan dengan teman-teman di Prudential.
"Ini mereka saya ajak ke acara akbar ini. Mereka senang kok. Tapi intinya, kita lebih banyak bersosialisasi dengan yang muslim tanpa menghilangkan perbedaan, "ujar Ubina.
Sementara Henry Erman, salah seorang warga keturunan yang menjadi peserta sahabat #wakaf Al Azhar mengatakan, program #wakaf Al Azhar yang disampaikan Ust. Moehammad Rofiq T. Lubis, bagus dan bermanfaat, hanya saja ia masih perlu belajar lagi tentang #wakaf al Azhar.
"Supaya ketika akan mensosialisaikan pada rekan-rekannya, baik Muslim maupun Non Muslim tidak kaku. Intinya, jika dilihat dari segi manfaat, #wakaf Al Azhar terus disosialisasikan kapan dan dimanapun kita berada, "tandasnya. Abuzakir Ahmad
sumber: http://www.#wakafalazhar.or.id/artikel/23-#wakaf+Al+Azhar+Dimata+Warga+Keturunan
Ubina (55) bersama rekan-rekan dari Asuransi Prudential, Jakarta yang juga merupakan warga keturunan non Muslim mengaku baru tahun ini mengetahui tentang program #wakaf Al Azhar. Sebuah program yang bisa dilaksanakan dari latar belakang agama mana pun, tanpa ada perbedaan. Hanya saja ada pemisahan antara #wakaf Al Azhar dan Dana Abadi.
"Jika Muslim tentu akan ber#wakaf, yaitu #wakaf polis Asuransi Syariah, sedangkan bagi kalangan Non Muslim yaitu Dana Abadi, "kata Ubina.
Dana Abadi berupa, pembangunan sarana dan prasaran, misalnya, pembangunan jembatan, jalan, pendidikan dan lain-lain yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
Sebenarnya, bangsa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun potensi itu belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga belum membawa perubahan secara signifikan di republik ini.
Maka dari itu, kehadiran #wakaf Al Azhar lewat Polis Asuransi Syariah, perkebunan Sawit dan lain-lain, nantinya akan membawa perubahan untuk bangsa ini, sesuai apa yang dicita-citakan oleh #wakaf Al Azhar yang mengadopsi Al Azhar Mesir, Kairo.
Ubina berharap, #wakaf Al Azhar bisa mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat lebih terbuka untuk ber#wakaf, dengan uang berapa pun bisa untuk ber#wakaf polis asuransi syariah
Ubina sempat menyinggung, bahwa orang Indonesia jenius –jenius. Ini dibuktikan dengan prestasi anak Indonesia di tingkat internasional. Sayangnya, mereka tidak kembali ke tanah air, karena merasa tidak mendapat perhatian dari pemerintah.
Hal itu mendorong generasi anak bangsa lebih banyak berkarya diluar negeri sesuai permintaan dari negara tersebut dengan memanfaatkan kejeniusan mereka yakni kejeniusan dalam bidang teknologi informasi dan lain-lain.
Lalu bagaimana mereka bisa berkarya di dalam negeri? Seperti yang disampaikan pembicara, tentu saja dengan jalan bahwa rakyat Indonesia bersatu untuk ber#wakaf.
Terkait dengan program #wakaf Al Azhar, sebenarnya baru tahun ini Ubina mengetahui dan kemudian pengetahuan itu ia diskusikan dengan teman-teman di Prudential.
"Ini mereka saya ajak ke acara akbar ini. Mereka senang kok. Tapi intinya, kita lebih banyak bersosialisasi dengan yang muslim tanpa menghilangkan perbedaan, "ujar Ubina.
Sementara Henry Erman, salah seorang warga keturunan yang menjadi peserta sahabat #wakaf Al Azhar mengatakan, program #wakaf Al Azhar yang disampaikan Ust. Moehammad Rofiq T. Lubis, bagus dan bermanfaat, hanya saja ia masih perlu belajar lagi tentang #wakaf al Azhar.
"Supaya ketika akan mensosialisaikan pada rekan-rekannya, baik Muslim maupun Non Muslim tidak kaku. Intinya, jika dilihat dari segi manfaat, #wakaf Al Azhar terus disosialisasikan kapan dan dimanapun kita berada, "tandasnya. Abuzakir Ahmad
sumber: http://www.#wakafalazhar.or.id/artikel/23-#wakaf+Al+Azhar+Dimata+Warga+Keturunan
0 Response to "#Wakaf Al Azhar Dimata Warga Keturunan"
Post a Comment