JAKARTA − Kendati digagas selama beberapa tahun, gerakan wakaf tunai masih belum menunjukkan gregetnya, jika tak bisa dibilang seret. Gerakan wakaf tunai tetap dibanjiri wakaf tanah dan benda tak bergerak lainnya.
Direktur Tabung Wakaf Indonesia (TWI), Herman Budianto, mengatakan sosialisasi gerakan wakaf tunai belum berhasil. ''Konsep wakaf tunai tetap belum dikenal masyarakat,'' kata Herman di Jakarta, Selasa (19/10). Diluncurkan Juli 2005, TWI baru mengumpulkan wakaf tunai Rp 100 juta lewat program jemput bola. Padahal target satu tahun Rp 2 miliar. ''Ramadhan ini kami berharap memperoleh sepertiganya atau Rp 650 juta.''
Hal serupa dilontarkan Direktur Utama Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) PKPU, Sahabudin. Dia mengatakan pengumpulan wakaf lebih sulit dibanding zakat dan infak. ''Masyarakat mau berinfak saja kita sudah bersyukur apalagi mau berwakaf,'' kata Sahabudin. Masyarakat terbiasa mewakafkan tanah.
Program wakaf tunai dari Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) yang mulai berjalan tahun ini telah berhasil mengumpulkan wakaf tunai Rp 700 juta. Sebagian masyarakat menganggap wakaf tunai harus dalam jumlah besar misalnya Rp 500 ribu. ''Kita pernah mencoba dengan nilai yang lebih kecil tapi belum berhasil juga,'' kata Sahabudin. Ia mengakui dari Rp 700 juta, sebagian besar wakaf dalam jumlah besar.
Karena itu, hingga beberapa tahun ke depan tampaknya sosialisasi masih menjadi andalan program. TWI memilih menggencarkan sosialisasi dan penguatan marketing pada tahun pertama. Mereka mengincar pengajian kantor, hotel dan mal−mal besar yang isinya Muslim kelompok menengah. Selain itu, kata Herman, dilakukan juga pengiriman brosur ke rumah−rumah calon muwakif potensial.
Dari marketing langsung itulah terlihat banyak masyarakat belum memahami wakaf tunai. ''Respons mereka bagus dan mereka banyak bertanya.'' Sedangkan, PKPU belum punya program kampanye khusus untuk menghimpun dana wakaf karena masih menyatu dengan zakat, infak, dan sedekah.
Kendati demikian, PKPU memandang pemisahan kampanye wakaf sudah perlu. PKPU mengagendakan tahun depan divisi ekonomi dan kesehatan PKPU akan dijadikan unit otonom. Menurut Sahabudin divisi pengelola wakaf yang selama ini masih menyatu dengan zakat kemungkinan perlu dibentuk secara otonom. ''Tahun depan akan kita pertimbangkan,'' katanya.
Untuk memperluas cakupan wakaf, TWI memprogramkan gerakan berwakaf melalui 30 Baitulmal wattamwil (BMT) seluruh Jawa. Diproyeksikan bisa terkumpul dana tunai sebesar Rp 10 miliar yang diinvestasikan di tiap−tiap BMT. Bagi Hasil investasinya 65 persen untuk investor yang disalurkan untuk kegiatan sosial dan amal dan 35 persen untuk BMT.
''Dari 65 persen itu sebagian besar untuk kegiatan amal di daerah bersangkutan,'' kata Herman. Sisanya biaya operasional TWI. Pengelola wakaf boleh mengambil 10 persen dari hasil investasi untuk biaya operasional.
PKPU memilih menginvestasikan dana wakaf pada deposito bank syariah dan hasilnya digunakan untuk membiayai operasional sekolah, dan bea siswa. PKPU banyak menerima wakaf tanah. Malah ada yang dikonversi jadi ambulans untuk pelayanan kesehatan keliling dhuafa. Kendati sudah seizin muwakif tetap saja ini sempat dipertanyakan.
Demikian halnya dengan TWI. Agak seret di wakaf tunai, Tabung Wakaf justru banyak menerima tawaran wakaf tanah terutama di wilayah Bogor. Khawatir belum mampu mengelola dengan baik banyak yang ditolak. Untuk menerima tanah wakaf, kata Herman, perlu memperhitungkan juga lokasinya apakah strategis dan berpotensi usaha.
Tanah wakaf sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk pertanian namun tetap butuh modal. Saat ini Tabung Wakaf sedang mempersiapkan pendirian lembaga pertanian sehat di Sentul, Bogor, sebagai pusat produksi dan penelitian bahan makanan berupa beras dan sayuran serta pupuk organik.
Herman mengakui, jika sosialisasi wakaf tunai di kota saja masih sulit apalagi di desa. Karena itu dia menyiapkan berbagai program mulai dari ceramah hingga brosur untuk menyakinkan calon muwakif. Sementara PKPU, mencari pewakaf tunai untuk ambulans keliling yang dilengkapi tim medis. Ambulans seukuran bus sedang itu berharga Rp 250 juta per unit. (c21 )
Direktur Tabung Wakaf Indonesia (TWI), Herman Budianto, mengatakan sosialisasi gerakan wakaf tunai belum berhasil. ''Konsep wakaf tunai tetap belum dikenal masyarakat,'' kata Herman di Jakarta, Selasa (19/10). Diluncurkan Juli 2005, TWI baru mengumpulkan wakaf tunai Rp 100 juta lewat program jemput bola. Padahal target satu tahun Rp 2 miliar. ''Ramadhan ini kami berharap memperoleh sepertiganya atau Rp 650 juta.''
Hal serupa dilontarkan Direktur Utama Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) PKPU, Sahabudin. Dia mengatakan pengumpulan wakaf lebih sulit dibanding zakat dan infak. ''Masyarakat mau berinfak saja kita sudah bersyukur apalagi mau berwakaf,'' kata Sahabudin. Masyarakat terbiasa mewakafkan tanah.
Program wakaf tunai dari Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) yang mulai berjalan tahun ini telah berhasil mengumpulkan wakaf tunai Rp 700 juta. Sebagian masyarakat menganggap wakaf tunai harus dalam jumlah besar misalnya Rp 500 ribu. ''Kita pernah mencoba dengan nilai yang lebih kecil tapi belum berhasil juga,'' kata Sahabudin. Ia mengakui dari Rp 700 juta, sebagian besar wakaf dalam jumlah besar.
Karena itu, hingga beberapa tahun ke depan tampaknya sosialisasi masih menjadi andalan program. TWI memilih menggencarkan sosialisasi dan penguatan marketing pada tahun pertama. Mereka mengincar pengajian kantor, hotel dan mal−mal besar yang isinya Muslim kelompok menengah. Selain itu, kata Herman, dilakukan juga pengiriman brosur ke rumah−rumah calon muwakif potensial.
Dari marketing langsung itulah terlihat banyak masyarakat belum memahami wakaf tunai. ''Respons mereka bagus dan mereka banyak bertanya.'' Sedangkan, PKPU belum punya program kampanye khusus untuk menghimpun dana wakaf karena masih menyatu dengan zakat, infak, dan sedekah.
Kendati demikian, PKPU memandang pemisahan kampanye wakaf sudah perlu. PKPU mengagendakan tahun depan divisi ekonomi dan kesehatan PKPU akan dijadikan unit otonom. Menurut Sahabudin divisi pengelola wakaf yang selama ini masih menyatu dengan zakat kemungkinan perlu dibentuk secara otonom. ''Tahun depan akan kita pertimbangkan,'' katanya.
Untuk memperluas cakupan wakaf, TWI memprogramkan gerakan berwakaf melalui 30 Baitulmal wattamwil (BMT) seluruh Jawa. Diproyeksikan bisa terkumpul dana tunai sebesar Rp 10 miliar yang diinvestasikan di tiap−tiap BMT. Bagi Hasil investasinya 65 persen untuk investor yang disalurkan untuk kegiatan sosial dan amal dan 35 persen untuk BMT.
''Dari 65 persen itu sebagian besar untuk kegiatan amal di daerah bersangkutan,'' kata Herman. Sisanya biaya operasional TWI. Pengelola wakaf boleh mengambil 10 persen dari hasil investasi untuk biaya operasional.
PKPU memilih menginvestasikan dana wakaf pada deposito bank syariah dan hasilnya digunakan untuk membiayai operasional sekolah, dan bea siswa. PKPU banyak menerima wakaf tanah. Malah ada yang dikonversi jadi ambulans untuk pelayanan kesehatan keliling dhuafa. Kendati sudah seizin muwakif tetap saja ini sempat dipertanyakan.
Demikian halnya dengan TWI. Agak seret di wakaf tunai, Tabung Wakaf justru banyak menerima tawaran wakaf tanah terutama di wilayah Bogor. Khawatir belum mampu mengelola dengan baik banyak yang ditolak. Untuk menerima tanah wakaf, kata Herman, perlu memperhitungkan juga lokasinya apakah strategis dan berpotensi usaha.
Tanah wakaf sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk pertanian namun tetap butuh modal. Saat ini Tabung Wakaf sedang mempersiapkan pendirian lembaga pertanian sehat di Sentul, Bogor, sebagai pusat produksi dan penelitian bahan makanan berupa beras dan sayuran serta pupuk organik.
Herman mengakui, jika sosialisasi wakaf tunai di kota saja masih sulit apalagi di desa. Karena itu dia menyiapkan berbagai program mulai dari ceramah hingga brosur untuk menyakinkan calon muwakif. Sementara PKPU, mencari pewakaf tunai untuk ambulans keliling yang dilengkapi tim medis. Ambulans seukuran bus sedang itu berharga Rp 250 juta per unit. (c21 )
Sumber :http://csr.pkpu.or.id/news/pengumpulan-wakaf-tunai-di-indonesia-belum-mencapai-target
0 Response to "Pengumpulan Wakaf Tunai di Indonesia Belum Mencapai Target"
Post a Comment